Jumat, 27 April 2012

Orang Tua

Ibu.....
Sebutan seperti itu tentunya terdengar familiar disekitar kita. Ibu adalah sosok sentral dalam sebuah keluarga kecil, selain ayah atau bapak tentunya. Begitu sentralnya hingga mungkin kita sebagai seorang anak terkadang sedikit melupakan keberadaan beliau karena beliau masih ada disekitar kita (masih hidup dan masih berada disamping kita untuk menemani langkah kita). Makna ibu bagi seorang anak sungguh sangatlah penting karena dengan adanya ibu, maka kita bisa menengok dunia yang fana ini. Berkat perjuangan orang tua kita, tentunya kita masih bisa melangkah hingga sejauh ini. 
Ketika kita masih bayi dan balita, ibu menjaga serta mengasuh kita. Menyuapi dan mengajarkan hal- hal yang baru yang ada didunia ini pada kita yang belum tahu apa- apa. Ibu itu sosok awal yang menulis tinta didalam kehidupan kita sebagai seorang anak. Ketika kita mendengar disekitar kita, masih banyak anak- anak yang harus kehilangan ibunya di usianya yang masih sangat muda tentulah kita miris mendengarnya. Ketika ibu melahirkan kita hingga berjuang sekuat tenaga, bahkan tak jarang rela merenggang nyawa demi mempertahankan keberadaan kita di dunia. 
Ketika kita telah menginjak usia sekolah dan berpendidikan lebih tinggi,tentunya kita mendapat pengetahuan diluar kehidupan keluarga kecil yang menanungi kita sebagai seorang anak. Beragam pengetahuan mulai masuk dalam pemikiran kita dan semuanya mengalami pergolakan baik itu ilmu yang baik maupun yang tak baik. Nilai negatif dan positif saling bertarung untuk mendapatkan" perhatian kita. Ketika pendidikan diluar keluarga mulai memasuki hidup kita, maka banyak yang mulai mengalihkan perhatiannya dari ilmu keluarga ke ilmu lingkungan sekitar. Semuanya diserap dan disaring menurut asas dan definisi peibadi kita. Ketika itu kita mulai "angkuh" dan "sombong" kepada lingkungan keluarga dan kebanyakan dari kita mengalihkan perhatian kita kepada lingkungan sekitar. Keluarga mulai terabaikan, kita egois dengan kehidupan pribadi kita, mulai "bertingkah" dan tak jarang mulai meninggalkan petuah orang tua kita kita, terutama nasihat ibu atau ayah. Kita merasa bahwa kita lebih tahu, lebih dewasa, lebih modern dan anggapan lainnya dan orang tua pun memakluminya.
Ketika kita sudah bisa mendapatkan penghasilan semdiri, kita mulai sibuk dengan kehidupan pribadi kita dan menomorsekiankan kehidupan keluarga dan orang tua kita menjadi trendsetter kita ketika proses pertumbuhan itu terjadi. Namun orang tua pun selalu memaklumi kita dengan jargonnya "Gak papa......asal dia punya masa depan yang baik. Masih muda dan rajin kerja, buat tabungan dia sendiri nantinya". Orang tua mulai tersisih dengan kehadiran orang lain dalam kehidupan kita sebagai anak. Teman- teman, sahabat seolah menjadi dunia utama kita dan keluarga adalah dunia kedua. Istilah "pencarian identitas diri" seolah berkembang biak dalam pemikiran kita dengan berasaskan pada pola pikir pribadi kita dan ilmu yang kita dapatkan dan orang tua terutama, ibu pun akan selalu dan selalu memakluminya. 
Ketika kita sudah menemukan pendamping hidup kita, kita juga mulai tumbuh menjadi seorang yang lebih dewasa. Istilah dewasa dikaitkan dengan pemikiran pribadi, hasil saringan kita sendiri terhadap gabungan antara pengetahuan dari keluarga dan dunia lingkungan sekitar kita. Kita mulai sibuk dengan kehidupan keluarga kita sendiri, rumah tangga kita sendiri, anak serta suami kita sendiri. Setelah menikah maka imam bagi seorang wanita adalah suami kita, bukan orang tua kita lagi, seperti yang tertulis dalam agama kita (Islam) dan mulai fokus pada kehiudpan keluarga kita sendiri terutama anak dan suami kita yang juga harus diperhatikan. Bagi para ibu yang bekerja atau berkarir namun tak mau repot dan beresiko dengan kepengurusan anak, tanggung jawab kita sebagai seorang ibu kita alihkan pada kakek dan neneknya. Dimasa orang tua kita sudah mendekati masa senja, masih kita berikan beban untuk mengasuh cucu- cucunya. Masa yang harusnya ibu dan bapak kita istirahat dan menikmati masa tua dengan damai justru sedikit terusik dengan kemunculan cucucnya dan tangungg jawab mengasuh cucunya. Namun apa jawabannya neneknya???. "Gak papa....ini kan cucu kita juga. Lagian ibunya kerja, bapaknya kerja. Sama- sama cari masa depan buat anaknya biar hidupnya enakan dikit nantinya". Sedikitpun sepertinya tak ada ucapan atau rasa mengeluh dari ibu dan ayah kita, ketika dimintai tolong untuk mengurus cucunya di rumah sementara kita bekerja diluar rumah. Tanggung jawab kita sebagai ibu dialihkan pada orang tua. Tak jarang juga tugas itu harus dialihkan pada orang lain atau "pembantu, babysitter" yang biasanya bukan siapa- siap dari kita dan bertugas membantu tugas pengasuhan anak kita. 

Jika sudah seperti itu.......dimana waktu dan letak kita sebagai tanggung jawab untuk mengabdi pada orang tua kita??? Letak tanggung jawab sebagai ibu dan orang tua dimana???

Saya pernah membaca sebuah kisah pilu seorang ibu dalam sebuah majalah islami dan membuat hati meyayat dan menangis pedih membayangkan jika orang tua kita dalam kondisi tersebut. Didalamnya menceritakan tentang seorang ibu yang sudah tua renta, punggungnya bungkuk, berjalan tertatih- tatih, lusuh tinggal sendirian didalam rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu,beralaskan tamah dan bergenting. Genting rumahnya pun bantuan sukarela dari warga sekitar karena kasihan meilihat ibu tersebut tinggal sendirian. Anaknya telah menikah dan tinggal dikampung jauh dari rumahnya, tak pernah sekalipun menegok ibunya dirumahnya yang lama. Ibu tua tadi suaminya telah meninggal, dia tinggal dengan seekor kucing yang dirawatnya setiap hari, berbagi makanan juga. Ibu itu setiap diberikan sesuatu oleh tetangganya hanya bisa berucap terima kasih dengan nada yang datar tanpa ekspresi. Tetangganya itu pun hanya menyimpulkan sikap itu dikarenakan si ibu tadi sudah menunggu kehadiran anaknya yang tak kunjung datang menengok kedaannya sehingga membuat hatinya mejadi beku dan sikapnya dingin. Untuk makan pun, ibu itu hanya mengandalkan pemberian tetangganya yang mengasihaninya. Didalam rumahnya hanya terdapat 2 ruangan yang disekat dengan kain tipis yang lusuh sebagai pemisah ruangan. 1 untuk tempat tidur dan ruang tamu serta 1 lagi untuk memasak dengan peralatan piring dan sendok sekedarnya saja. Kehidupannya jauh dari yang dikatakan bersih. Hanya ada sebuah keluarga kecil disekitar rumahnya yang tak pernah lelah memperhatikan dan membantu semampunya untuk ibu tua tadi. Hingga yang tertragis adalah ketika ibu tua tadi meninggal dalam rumahnya, tak ada yang mengetahuinya dan baru diketahui ketika pintu rumahnya didobrak oleh salah satu anggota keluarga tadi karena heran melihat ibu tua renta itu tak nampak sedikitpun diluar rumah selama 1 hari itu. Meninggalnya yang tiba- tiba dan tanpa ada kabar itupun sontak meyayat hati orang- orang sekitarnya karena kasihan melihat ibu tadi yang hidup dan meninggal dalam sepinya kehidupan yang dilalui dan bekunya hatinya yang telah begitu lama menantikan kehadiran anaknya yang tak kunjung datang hingga ajal menjemputnya.

Tentunya kisah itu tak ingin terjadi pada orang tua kita kan?? maka sebagai anaknya, hendaknya kita mengetahui tanggung jawab terhadap orang tuanya, dan bersyukurlah kita jika orang tua kita masih ada dan masih bisa rasakan keberadaanya disekitar kita. Seperti sebuah pepatah : Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah". Maka dari itu kita yang harusnya mengabdi pada orang tua kita selama beliau masih ada disekitar kita, sekalipun kita tahu bahwa apa yang kita berikan ke orang tua nyatanya takkan pernah cukup untuk membayar dan menggantikan ketulusan orang tua kita dalam mengasuh kita dari lahir hingga akhir hayat beliau. 



Sumber:
Terinspirasi dari salah satu tulisan dalam majalah "Nurul Hayat". (www.nurulhayat.org)

Tidak ada komentar: